Seperti kisah Dilan dan Milea indah dan setiap kenangannya begitu indah. Namun, apa daya kita ketika Tuhan sudah berkata "tidak", seindah apapun rasa kala itu semua akan menjadi bagian masa lalu yang bernama kenangan. Kenangan yang tersimpan di dalam memorimu yang nantinya bisa saja kamu lupakan karena tertumpuk dengan kenangan yang baru bersama yang lain. Di kala aku yang sudah menginjak usia 28 tahun ini, aku diharuskan melangkahkan kakiku menuju lembaran baru kehidupan yaitu pernikahan. "Kamu mau nikah sama siapa? Temanmu ituloh anaknya sudah 2. Tetangga kita itu anaknya sudah sekolah SD. " dan bla bla bla.. Itu saja yang ditanyakan ibuku saat menelponku sebelum menanyakan kabarku. Kadang aku berpikir kabar anaknya itu ditentukan dari kepastianku kapan aku menikah. Aku tidak bisa menyalahkan itu semua. Aku sadar wanita semakin tua semakin rentan dan beresiko saat melahirkan. Mungkin itu yang ibuku takutkan sebenarnya. Takut kehilangan anak perempuan satu - satuny
Kenapa mengikhlaskan itu adalah hal yang sulit? Harusnya aku senang melihat dia bahagia Bukankah itu yang seharusnya dilakukan kalau kita benar - benar sayang dengan seseorang? Melihat dia bahagia? Bukankah itu tujuan kita menyayangi seseorang? Lalu mengapa hati ini berat untuk melepaskannya Sehingga bibir ini seakan lupa bagaimana caranya membentuk sebuah senyuman Hanya karena dia pergi menjemput kebahagiaannya Harusnya aku tak mengenalnya Harusnya aku mengunci bibir ini Harusnya aku tak membuka pintu hatiku Harusnya aku . . . Haaa . . . Nasi sudah menjadi bubur Hati sudah hancur Aku hancur Menjadi serpihan kecil Yang akan diterbangkan angin Entah diterbangkan kemana Aku hanya bisa mengikuti Dengan diam Dan mencoba mengikhlaskan dia pergi