Skip to main content

My Letter For You #2

Dear Tayo,

Masih ingat kenapa panggilan kita tayo ? 
Gara - gara lagu bis itu, panggilan kita berubah. Seperti hubungan kita yang tiba - tiba berubah dari teman jadi entahlah apa sebutannya. Lucu yah? Dua orang yang tidak kenal, tidak pernah bertemu, tidak tahu muka satu sama lain awalnya, dan sama - sama kesepian akibat dikecewakan menjadi akrab akibat keseringan main game. Aku kira hanya sinetron di TV saja yang bisa seperti itu.

Kita pacaran atau teman ?
Kalau teman, kita sama - sama merindukan dan saling baperan. Kalau pacaran, kamu sudah balik lagi sama mantan tersayang. Bukan pacaran kan? Tapi, kalau tidak ada kamu rasanya ada yang kurang. Tapi, kalau main sama - sama juga kita kelahi terus. Debat aja terus gara - gara hal sepele. Masih ingat teman - teman yang main sama kita kan? Pasti saja ada celetukan, debat mulu, kelai terus, dan kata mas N, "Sudah kalian kelahi aja daripada diem - dieman." Hahaha. . . Ingat kan? Itu kejadian setelah kamu blokir aku karena kamu balikan sama dia.

Dasar aneh!
Aku juga 😅 Di luar segala keanehan kita, aku sadar kok. Kita dari segi apapun tidak mungkin melangkah lebih jauh dari teman. Hubungan kita cuma sampai teman sampai kapan pun. Tidak peduli seberapa besar rasa kehilangan kita satu sama lain. (Yah, walaupun yang merasa kehilangan cuma aku.) Kita akan selalu menjadi orang asing entah seberapa dekat kita. 

Terimakasih. . .
Terimakasih untuk semua waktu yang kamu kasih ke aku. 
Terimakasih untuk semua tawa dan senyum itu.
Terimakasih juga untuk semua marah itu.
Terimakasih sudah menyembuhkan luka dari dia, si brengsek itu.
Kamu baik tayo...

Tanpa kamu. . .
Aku mungkin sudah berbuat hal - hal aneh yang lebih merusak hidupku. Jujur mengakhiri hidup juga sempat terlintas sebelum kenal kamu. Kesannya seperti omongan doang sih ya. Tapi ya itu kenyataannya. Yah... Separah itu efek samping masalahku dengan dia. Walaupun belum semuanya aku ceritakan ke kamu. Karena kalau kamu tahu semua, aku takut kamu akan lebih merasa bertanggung jawab dan merasa lebih bersalah untuk meninggalkan aku sendiri. Aku tidak mau kamu merasa seperti itu. Aku juga mau kamu bahagia. Tenang aku akan coba bersikap dewasa sesuai umurku. Aku akan menerima kepergianmu. Karena efek samping kenal kamu selama ini adalah susah melepaskanmu.

Kedengarannya aku berlebihan yah?
Mungkin kamu akan mengerti kalau kamu jadi aku. Berat jadi aku. Tertawa untuk menyembunyikan air mata itu keahlianku. Tapi kok aku sering nangis? Karena sepintar apapun orang menyembunyikan sesuatu pasti beratnya tetap terasa. Dan sekarang aku sudah lelah menyembunyikan itu semua.

Hmm.. Tetap jadi tayo yang aku kenal yah. 
Lupakan aku.
Jangan merasa bersalah sama aku.
Tetap anggap aku orang asing agar kamu mudah melupakan aku.
Berlebihan ya kata - kataku? Hahaha. . .
Terimakasih dan Selamat tinggal.
Nice to know you well.

With Love from Depth of My Heart,
-M-

Comments

Popular posts from this blog

5 Cara Efektif Menghilangkan Rasa Bosan

Siapa sih yang tidak pernah bosan ketika setiap hari melakukan kegiatan yang sama terus - menerus? Kalau rasa bosan ini tidak segera diselesaikan, kamu bisa menjadi stres dan mengganggu kegiatan harian kamu. Bisa juga berdampak buruk pada hubungan kamu dengan orang disekitarmu loh. Kok bisa? Karena ketika bosan menjadi stres, maka kamu akan semakin cepat emosi. Berikut ini ada 5 hal yang bisa kamu lakukan saat kamu sedang bosan. 1. Main games Ini adalah salah satu cara menghilangkan bosan yang murah dan cepat. Main games bisa kamu lakukan dimana saja selama kamu sedang ada waktu bebas seperti jam makan siang, menunggu jemputan, atau ketika sudah pulang ke rumah. Selain itu, ini main games juga murah selama games yang kamu mainkan tidak berbayar dan kamu tidak membeli item apapun untuk bermain. Salah satu games yang sedang banyak diminati oleh orang - orang saat ini adalah Player Unknown's Battleground (PUBG). Permainan ini diminati karena selain permainannya yang cukup men

Ada Tuhan Diantara Dilan dan Milea

Seperti kisah Dilan dan Milea indah dan setiap kenangannya begitu indah. Namun, apa daya kita ketika Tuhan sudah berkata "tidak", seindah apapun rasa kala itu semua akan menjadi bagian masa lalu yang bernama kenangan. Kenangan yang tersimpan di dalam memorimu yang nantinya bisa saja kamu lupakan karena tertumpuk dengan kenangan yang baru bersama yang lain. Di kala aku yang sudah menginjak usia 28 tahun ini, aku diharuskan melangkahkan kakiku menuju lembaran baru kehidupan yaitu pernikahan. "Kamu mau nikah sama siapa? Temanmu ituloh anaknya sudah 2. Tetangga kita itu anaknya sudah sekolah SD. " dan bla bla bla.. Itu saja yang ditanyakan ibuku saat menelponku sebelum menanyakan kabarku. Kadang aku berpikir kabar anaknya itu ditentukan dari kepastianku kapan aku menikah. Aku tidak bisa menyalahkan itu semua. Aku sadar wanita semakin tua semakin rentan dan beresiko saat melahirkan. Mungkin itu yang ibuku takutkan sebenarnya. Takut kehilangan anak perempuan satu - satuny

Mengikhlaskan

Kenapa mengikhlaskan itu adalah hal yang sulit? Harusnya aku senang melihat dia bahagia Bukankah itu yang seharusnya dilakukan kalau kita benar - benar sayang dengan seseorang? Melihat dia bahagia? Bukankah itu tujuan kita menyayangi seseorang? Lalu mengapa hati ini berat untuk melepaskannya Sehingga bibir ini seakan lupa bagaimana caranya membentuk sebuah senyuman Hanya karena dia pergi menjemput kebahagiaannya Harusnya aku tak mengenalnya Harusnya aku mengunci bibir ini Harusnya aku tak membuka pintu hatiku Harusnya aku . . . Haaa . . . Nasi sudah menjadi bubur Hati sudah hancur Aku hancur Menjadi serpihan kecil Yang akan diterbangkan angin Entah diterbangkan kemana Aku hanya bisa mengikuti Dengan diam Dan mencoba mengikhlaskan dia pergi