Skip to main content

Ada Tuhan Diantara Dilan dan Milea

Seperti kisah Dilan dan Milea indah dan setiap kenangannya begitu indah. Namun, apa daya kita ketika Tuhan sudah berkata "tidak", seindah apapun rasa kala itu semua akan menjadi bagian masa lalu yang bernama kenangan. Kenangan yang tersimpan di dalam memorimu yang nantinya bisa saja kamu lupakan karena tertumpuk dengan kenangan yang baru bersama yang lain.

Di kala aku yang sudah menginjak usia 28 tahun ini, aku diharuskan melangkahkan kakiku menuju lembaran baru kehidupan yaitu pernikahan. "Kamu mau nikah sama siapa? Temanmu ituloh anaknya sudah 2. Tetangga kita itu anaknya sudah sekolah SD. " dan bla bla bla.. Itu saja yang ditanyakan ibuku saat menelponku sebelum menanyakan kabarku. Kadang aku berpikir kabar anaknya itu ditentukan dari kepastianku kapan aku menikah.

Aku tidak bisa menyalahkan itu semua. Aku sadar wanita semakin tua semakin rentan dan beresiko saat melahirkan. Mungkin itu yang ibuku takutkan sebenarnya. Takut kehilangan anak perempuan satu - satunya.

Tapi.. Bapak dan Ibuku.. Aku juga takut. Takut sekali salah memilih pasangan seumur hidupku. Takut sekali salah memilih keputusan seumur hidup. Oleh karena itu, aku sering sekali bertanya bagaimana caranya bisa yakin kalau dia adalah The One and Only. Bagaimana? Apalagi aku sudah pernah tahu rasanya dikecewakan dan dikhianati. Bahkan sampai sekarang aku masih bisa merasakan sisa - sisa rasa sakitnya yang masih tersisa.

Aku sebenarnya dulu memilih mempercayai dia adalah jodohku. Kenapa? Alasannya sederhana saja. Dia hadir dikala aku sedang berada dalam kondisi terpuruk. He helps me to stand on my own foot again. Seketika itu juga aku memberikan seluruh hatiku hanya untuk dia.

Bodohnya aku saat itu. Seharusnya aku menggunakan logikaku saat itu. Mana ada kisah indah seperti di film - film itu. Disaat kamu sedang kesulitan kemudian puff datang dalam sekejap mata seorang pangeran berkuda putih yang mau membantumu. Yah.. Akhirnya sekejap mata dia datang dan sekejap mata pulalah dia meninggalkanku begitu saja saat dia menemukan seseorang yang lebih daripada aku. Sejak saat itu, aku bukanlah aku.

Aku lupa... Mungkin aku terlalu mabuk cinta sampai buta dan lupa kalau ada Tuhan, Allah SWT. yang maha akan segalanya. Mungkin aku mau ditunjukkan sebesar apapun rasa sayangku pada makhluk ciptaannya, kalau Allah sudah berkehendak maka rasa itu akan pergi begitu saja berubah menjadi kenangan. Sebuah rasa yang hanya ada di waktu yang sudah berlalu bukan di waktu saat ini ataupun waktu yang akan datang. Sebuah rasa yang hanya ada di masa lalu.

Melalui kejadian ini.. Aku jadi tahu siapa yang sesungguhnya benar - benar menyanyangiku dengan tulus dan akan selalu bersamaku kapanpun itu. Yah siapa lagi selain Allah SWT. yang akan terus menyayangi hambanya tanpa syarat???

Comments

Popular posts from this blog

5 Cara Efektif Menghilangkan Rasa Bosan

Siapa sih yang tidak pernah bosan ketika setiap hari melakukan kegiatan yang sama terus - menerus? Kalau rasa bosan ini tidak segera diselesaikan, kamu bisa menjadi stres dan mengganggu kegiatan harian kamu. Bisa juga berdampak buruk pada hubungan kamu dengan orang disekitarmu loh. Kok bisa? Karena ketika bosan menjadi stres, maka kamu akan semakin cepat emosi. Berikut ini ada 5 hal yang bisa kamu lakukan saat kamu sedang bosan. 1. Main games Ini adalah salah satu cara menghilangkan bosan yang murah dan cepat. Main games bisa kamu lakukan dimana saja selama kamu sedang ada waktu bebas seperti jam makan siang, menunggu jemputan, atau ketika sudah pulang ke rumah. Selain itu, ini main games juga murah selama games yang kamu mainkan tidak berbayar dan kamu tidak membeli item apapun untuk bermain. Salah satu games yang sedang banyak diminati oleh orang - orang saat ini adalah Player Unknown's Battleground (PUBG). Permainan ini diminati karena selain permainannya yang cukup men

Mengikhlaskan

Kenapa mengikhlaskan itu adalah hal yang sulit? Harusnya aku senang melihat dia bahagia Bukankah itu yang seharusnya dilakukan kalau kita benar - benar sayang dengan seseorang? Melihat dia bahagia? Bukankah itu tujuan kita menyayangi seseorang? Lalu mengapa hati ini berat untuk melepaskannya Sehingga bibir ini seakan lupa bagaimana caranya membentuk sebuah senyuman Hanya karena dia pergi menjemput kebahagiaannya Harusnya aku tak mengenalnya Harusnya aku mengunci bibir ini Harusnya aku tak membuka pintu hatiku Harusnya aku . . . Haaa . . . Nasi sudah menjadi bubur Hati sudah hancur Aku hancur Menjadi serpihan kecil Yang akan diterbangkan angin Entah diterbangkan kemana Aku hanya bisa mengikuti Dengan diam Dan mencoba mengikhlaskan dia pergi